ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
RETINOBLASTOMA
LOGO
Diajukan Sebagai
Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
Di Susun Oleh :
DANIZ FIKHRI NIM 2011084
POLTEKKES PROVINSI
BENGKULU
JURUSAN KEPERAWAAN
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah
keperawatan medikal bedah 1 dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan penyakit
Retino Blastoma”
Penulis juga sangat menyadari dalam pembuatan makalah
ini masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak akan sangat membantu demi
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Penulis juga sangat berharap semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat digunakan sebagai suatu acuan untuk pembuatan makalah
berikutnya yang lebih baik.
Bengkulu, 12 November 2012
Kelompok
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2.
Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
1.2.1.
Tujuan Umum........................................................................................ 2
1.2.2. Tujuan Khusus....................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan.............................................................................................. 2
1.4 Metoda Penulisan............................................................................................... 2
BABII TUJUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori.......................................................................................... 3
2.1.1. Pengertian Retino Blastoma.................................................................. 3
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi........................................................................... 3
2.1.3. Etiologi.................................................................................................. 7
2.1.4. Patofisiologi........................................................................................... 7
2.1.5. Klasifikasi.............................................................................................. 8
2.1.6. Manifestasi Klinis.................................................................................. 9
2.1.7. Pencegahan............................................................................................ 9
2.1.8. Penatalaksanaan..................................................................................... 10
2.1.9. Pemeriksaan penunjang.......................................................................... 10
2.1.10. Komplikasi........................................................................................... 11
2.2. Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan................................................................ 12
2.2.1. Pengkajian.............................................................................................. 12
2.2.2. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 15
2.2.3.
Intervensi................................................................................................ 16
2.2.4.
Implementasi.......................................................................................... 16
2.2.5.
Evaluasi.................................................................................................. 16
BAB III. KASUS
3.1. Pengkajian..................................................................................................... 17
3.2. Analisa Data................................................................................................. 22
3.3. Diagnosa Keperawatan................................................................................. 22
3.4. Intervensi...................................................................................................... 24
3.5 Implementasi.................................................................................................. 24
3.6 Evaluasi.......................................................................................................... 27
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ................................................................................................... 28
4.2. Saran.............................................................................................................. 28
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat menakutkan,
dari orang dewasa sampai anak-anak tidak luput dari cengkeramannya. Dan
ternyata Kanker Retina Mata merupakan penyakit kanker yang menempati urutan
nomor dua terbanyak selain kanker darah atau leukemia. Penyakit kanker retina
ini ditandai dengan bercak putih. Dan ternyata kanker retina ini menyerang
anak-anak yang berumur 0-5 tahun. Dan juga berdasarkan data badan kesehatan
dunia penderita kanker ini terus meningkat dan mencapai 2-4% diseluruh dunia.
Di Indonesia 9.000 penderitanya kanker retina, ini disebut juga retino blastoma
termasuk penderita yang jumlahnya tertinggi Kanker retina ini pemicunya adalag
faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi virus.
Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya
bercak putih di bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah
bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar,
penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi apabila stadium
berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-tanda berupa mata
merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi
gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa
terindikasi penyakit retinoblastastoma
Retinoblastoma adalah kanker yang terjadi pada retina
mata. Retina adalah lapisan mata yang sensitif terhadap cahaya (yang
memungkinkan mata untuk melihat). Retinoblastoma biasanya terjadi pada anak
sewaktu masih berada dalam kandungan sampai berusia 5 tahun, tapi paling sering
menyerang anak berusia dibawah 2 tahun. Retinoblastoma dapat disembuhkan bila
terdeteksi dini. Retinoblastoma yang terjadi pada satu mata disebut sebagai
unilateral dan yang terjadi pada dua mata disebut sebagai bilateral. 90%
dari pasien penderita retinoblastoma tidak memiliki sejarah penderita
retinoblastoma dalam keluarga. Sedang 10% lainnya memiliki sejarah penderita
retinoblastoma dalam keluarga. Retinoblastoma biasanya terjadi pada anak
sewaktu masih berada dalam
kandungan sampai berusia 5 tahun, tapi paling sering menyerang anak
berusia 2 tahun.
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum:
Mahasiswa
dapat mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Retinoblastoma
1.2.2. Tujuan Khusus:
a.Mahasiswa Mampu menjelaskan konsep teori Retino Blastoma
b.
Mahasiswa Mampu melakukan
pengkajian pada pasien dengan penyakit Retino Blastoma
c.
Mahasiswa Mampu merumuskan
diagnose keperawatan.
d.
Mahasiswa Mampu membuat rencana
tindakan asuhan keperawatan pada pasien Retino Blastoma
e.
Mahasiswa Mampu menerapkan
rencana yang akan di susun.
f.
MahasiswaMampu menyimpulkan
hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
1.3 Metoda Penulisan
Dalam penyususnan makalah ini
menggunakan metode study pustaka,dengan cara mengambil referensi dari beberapa
sumber yang ada hubungannya dengan Retino Blastoma.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.Konsep
Teori Penyakit
2.1.1.
Pengertian
Retinoblastoma adalah tumor masa anak-anak yang
jarang tetapi dapat patal. (Daniel G. Vaughan, Taylor Asbury dan Paul
Riordan-Eva)
Retinoblastoma adalah
tumor ganas elemen-elemen embrional retina. Gangguan ini merupakan tumor ganas
utama intra okuleryang terjadi pada anak-anak terutama pada umur dibawah 5
tahun dan sebagian besar didiagnosis antara usia 6 bulan dan 2 tahun. ( Ns.
Indriana N. Istiqomah, S.Kep)
Retinoblastoma adalah kanker salah satu atau kedua mata yang berasal
di jala, terang sensitif lapisan mata yang memungkinkan mata untuk melihat dan
terjadi pada anak-anak muda. (Abramson DH, 1985)
Retinoblastoma adalah tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan
pada anak-anak, terutama pada usia dibawah 5 tahun. (Wijaya N, 1993)
2.1.2. ANATOMI DAN
FISIOLOGI
ANATOMI
FISIOLOGI MATA
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang
dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut
adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina.
Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di
sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah
depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan tempat lewatnya
berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah
koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk
memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang
terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan
syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor
yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan
cahaya ke retina. Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai
ke retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan
gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang akan
difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada sel
fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impuls–impuls syaraf ini dan
menjalarkannya ke otak.
Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara,
air, melewati kornea dan masuk ke dalam aqueous humor. Refraksi cahaya
kebanyakan terjadi di kornea dimana terdapat pembentukan bayangan yang tepat.
Aqueous humor tersebut merupakan massa yang jernih yang menghubungkan kornea
dengan lensa mata, membantu untuk mempertahankan bentuk konveks dari kornea
(penting untuk konvergensi cahaya di lensa) dan menyediakan nutrisi untuk
endothelium kornea. Iris yang berada antara lensa dan aqueous humor, merupakan
cincin berwarna dari serabut otot. Cahaya pertama kali harus melewati pusat
dari iris yaitu pupil. Ukuran pupil itu secara aktif dikendalikan oleh otot
radial dan sirkular untuk mempertahankan level yang tetap secara relatif dari
cahaya yang masuk ke mata. Terlalu banyaknya cahaya yang masuk dapat merusak
retina.
Namun bila terlalu sedikit dapat menyebabkan kesulitan
dalam melihat. Lensa yang berada di belakang iris berbentuk lempeng konveks
yang memfokuskan cahaya melewati humour kedua untuk menuju ke retina.
Untuk dapat melihat dengan jelas objek yang jauh,
susunan otot siliare yang teratur secara sirkular akan akan mendorong lensa dan
membuatnya lebih pipih. Tanpa otot tersebut, lensa akan tetap menjadi lebih
tebal, dan berbentuk lebih konveks. Manusia secara perlahan akan kehilangan
fleksibilitas karena usia, yang dapat mengakibatkan kesulitan untuk memfokuskan
objek yang dekat yang disebut juga presbiopi. Ada beberapa gangguan refraksi lainnya
yang mempengaruhi bantuk kornea dan lensa atau bola mata, yaitu miopi,
hipermetropi dan astigmatisma.Selain lensa, terdapat humor kedua yaitu vitreous
humor yang semua bagiannya dikelilingi oleh lensa, badan siliar, ligamentum
suspensorium dan retina. Dia membiarkan cahaya lewat tanpa refraksi dan
membantu mempertahankan bentuk mata.
Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah
darinya oleh selubung fascia bola mata.
Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :
1.
Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian
posterior yang opaque atau sklera dan bagian anterior yang transparan atau
kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak putih. Daerah
ini relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam bola mata oleh perbesaran cavum
subarachnoidea yang mengelilingi nervus opticus. Jika tekanan intraokular
meningkat, lamina fibrosa akan menonjol ke luar yang menyebabkan discus menjadi
cekung bila dilihat melalui oftalmoskop.
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris
dan pembuluh balik yang terkait yaitu vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung
dengan kornea di depannya pada batas limbus. Kornea yang transparan, mempunyai
fungsi utama merefraksikan cahaya yang masuk ke mata. Tersusun atas
lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam sama dengan: (1) epitel kornea
(epithelium anterius) yang bersambung dengan epitel konjungtiva. (2) substansia
propria,
terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina
limitans posterior dan (4) endothel (epithelium posterius) yang berhubungan
dengan aqueous humour.
2.
Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh
sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas lapis luar berpigmen dan lapis dalam
yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke belakang bersambung dengan
choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri atas
corona ciliaris, procesus ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris (adalah
diafragma berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu
pupil) iris membagi ruang diantara lensa dan kornea menjadi camera anterior dan
posterior, serat-serat otot iris bersifat involunter dan terdiri atas
serat-serat sirkuler dan radier.
3.
Tunica sensoria (retina)
Retina terdiri atas pars pigmentosa
luar dan pars nervosa di dalamnya. Permukaan luarnya melekat pada choroidea dan
permukaan dalamnya berkontak dengan corpus vitreum. Tiga perempat posterior
retina merupakan organ reseptornya. Ujung anterior membentuk cincin berombak,
yaitu ora serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior
retina bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan
lapisan epitel silindris di bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi
procesus ciliaris dan bagian belakang iris.
Di pusat bagian posterior retina
terdapat daerah lonjong kekuningan, macula lutea, merupakan daerah retina untuk
penglihatan paling jelas. Bagian tengahnya berlekuk disebut fovea sentralis.
Nervus opticus meninggalkan retina
lebih kurang 3 mm medial dari macula lutea melalui discus nervus optici. Discus
nervus optici agak berlekuk di pusatnya yaitu tempat dimana ditembus oleh a.
centralis retinae. Pada discus ini sama sekali tidak ditemui coni dan bacili,
sehingga tidak peka terhadap cahaya dan disebut sebagai bintik buta. Pada
pengamatan dengan oftalmoskop, bintik buta ini tampak berwarna merah muda
pucat, jauh lebih pucat dari retina di sekitarnya.
2.1.3. ETIOLOGI
Retinoblastoma terjadi
karena kehilangan kedua kromosom dari satu
alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena
mutasi atau diturunkan.
Mutasi terjadi akibat perubahan pada
rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul karena kesalahan replikasi,
gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan ditransmisikan
kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar
ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi
kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel
berikutnya dalam suatu generasi
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya
gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Sekitar 10% penderita
retinoblastoma memiliki saudara yang juga menderita retinoblastoma dan
mendapatkan gennya dari orang tua. Kanker bisa menyerang salah satu maupun
kedua mata. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).
2.1.4. PATOFISIOLOGI
Jika letak tumor di macula,
dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan
memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang
menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen
anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion
atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi
tumor melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus
paranasal, dan metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada
fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca.
Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal.
Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula
serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera , terutama hati.
WOC
Gangguan kromosom
|
Kehilangan kedua kromosom
|
Herediter
|
Mutasi (virus, zat kimia, sinar UV)
|
Peningkatan laju mutasi
|
Mengenal sel somatik
|
Retinoblastoma
|
Terlihat bercak kuning mengkilat
|
Nelivasku larisasi dan perdarahan
|
Warna iris tidak normal
|
Mengakibatkan kebutaan
|
Strabismus
(mata juling)
|
Penurunan penglihatan
|
Mata tidak
searah memandang pada titik yang berbeda
|
Penglihatan ganda
|
Gangguan konsep diri
|
Masa tumor yang semakin membesar
|
Leukokaria
|
Kerusakan impuls syaraf
|
Refleks pupil warna putih
|
Terjadi disfungsi otak
|
Pupil agak menonjol keluar
|
Gangguan persepsi sensorik penglihatan
|
Ansietas
|
Anemia
|
Transport O2 menurun
|
Hb darah menurun
|
Sesak nafas
|
Lemah, sakit kepala
|
Intoleransi aktifitas
|
Nyeri
|
Pola nafas tidak efektif
|
2.1.5.Klasifikasi Retinoblastoma Menurut ( Ns. Indriana N.
Istiqomah, S.Kep)
1.
Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang
dari 4 diameter papil.
Terdapat pada atau dibelakang
ekuator
Prognosis sangat baik
2. Golongan II
Satu atau beberapa tumor
berukuran 4-10 diameter papil
Prognosis baik
3. Golongan III
Tumor ada didepan ekuator atau
tumor soliter berukuran >10 diameter papil
Prognosis meragukan
4. Golongan IV
Tumor multiple sampai ora
serata
Prognisis tidak baik
5. Golongan V
Setengah retina terkena benih
di badan kaca
Prognosis buruk
Terdapat tiga stadium dalam retinoblastoma :
a.
Stadium tenang
Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic cats
eye”.
b.
Stadium glaukoma
Oleh karena tumor menjadi besar,
menyebabkan tekanan intraokular meninggi.
c. Stadium ekstraokuler
Tumor menjadi lebih besar, bola mata
memebesar menyebabakan eksoftalmus kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar
dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya
2.1.6. MANIFESTASI KLINIS
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata.
a. Strabismus karena penurunan penglihatan dan apabila letak tumor
di makula.
b. Kadang mata merah yang nyeri
c. Massa tumor yang makin membesar akan memperlihatkan leukokoria
Tanda Funduskopi dengan pupil yang dilebarkan
memperlihatkan massa merah muda keputihan yang menonjol keluar dari retina ke
dalam ruang vitreous. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata, akan menyebabkan glukoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau
hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui nervus optikus ke otak melalui sklera ke jarinngan orbita dan sinus
pranasal, metastasis jauh kes sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus
terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kedalam badan kaca.
Dipermukaan terdapt neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal.
2.1.7. PENCEGAHAN
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit retino
blastoma dapat dilakukan dengan cara terapi
Beberapa cara terapi adalah :
1. Enukleasi mengangkat boila mata
dan dioganti dengan bola mata prothese (buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retino
blastoma bersifat radiosensitif, sehingga terapi ini sangat efelktipo.
Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan
sinar Laser ini sangat efektip pada ukuran Kanker yang kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara
pendinginan (pembekuan) pada kanker ukuran kecil terapi ini berhasil baik.
5. Chemotherapy : diberikan
obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan ukuran kanker.
Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :
1. Ukuran kanker
2. Lokasi kanker
3. Apakah sudah menjalar atauy belum
4. Bagaimana status/keadaan bola
mata yang lain
5. Adanya komplikasi
6. Riwayat keluarga
7. Tersedianya fasilitas untuk
terapi-terapi diatas
Pembedahan
Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler
ialah dengan mengangkat seluruh bola mata dan meotong saraf optik sepanjang
mungkin.
Ekssentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke
jaringan orbita ialah dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan
periostnya
Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa – sisa
sel tumor
Prognosis
a.
Bila masih terbatas diretina
kemungkinan hidup 95 %
- Bila metastase ke orbita kemungkinan hidup 5 %
- Bila metastase ke tubuh kemungkinan hidup 0 %
2.1.8.PENATALAKSANAAN
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakkukan terutama untuk
klien dengan metastasis keluar, misalnnya dengan gejala proptosis bola mata.
Jika satu mata yang terserang, pengobatan tergantung pada
klasifikasi tumor :
a.
Golongan I atau II dengan
pengobatan local (radiasi, cryotherafy, fotokoagulasi laser). Kadang-kadang
digabung dengan kemoterapi..
b.
Jika tumor besar (golongan IV
atau V), mata harus dienukleasi segera. Mata yang tidak terkena dilakukan
radiasi sinar-X dan kemoterapi.
Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus
nol, dilakukan enukleasi. Jika tumor telah keluar bulbus okuli tetapi masih
terbatas di rongga orbita, dilakukan kombinasi eksenterasi, radioteraapi dan
kemoterafi. Klien harus dievaluasi seumur hidup katena 20-90 % klien
ratinnoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer terutamaasteosarkoma.
2.1.9. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Diagnosis pasti retinoblastoma intaokuler dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan patologi anatomi. Karena tindakkan biopsi merupakan kontraindikasi,
maka untuk menegakkan diagnosis digunakan bebrapa pemeriksaan sebagai sarana
penunjang:
- Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina disertai pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor tersebut dan berbatas kabur
- X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan kalsifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen : Optikum melebar.
- USG : Adanya massa intraokuler
- LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila ratsio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma intaokuler (Normal ratsio Kurang dari 1)
- Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
2.1.10. KOMPLIKASI
Komplikasi pada retinoblastoma adalah lepasnya Retina (ablasio
retina), peninggian tekanan bola mata (glucoma)
Komplikasi lain
berupa terhambatnya pematusan aqous humor sehingga timbul glaukoma sekunder.
Metastase melalui
beberapa jalan antara lain :
a.
Lamina kribosa, saraf optik
kemudian mengadakan infiltrasi ke arah vaginal sheat subarachnoid untuk menuju
ke intracranial
b.
Jaringan choroid, dengan
melalui pembuluh darah tumor menyebar ke seluruh tubuh.
c.
Pembuluh emisari, tumor
menyebabr ke bagian posterior orbita
2.2 KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
1.
Biodata
a.
Identitas klien meliputi nama,
umur : sering terjadi padaa aanak-anakdi bawah 2 tahun, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis.
b. Identitas orang tua yang terdiri dari :
Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan, pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan
alamat.
c. Identitas saudara kandung meliputi nama,
usia, jenis kelamin, hubungan dengan klien, dan status kesehatan.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan saat
ini juga, alasan kenapa masuk rumah sakit
3.
Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal yang muncul pada
anak. Bisa berupa bintik putih pada mata tepatnya pada retina, terjadi
pembesaran, mata merah dan besar.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu
berkaitan dengan Kemungkinan memakan makanan/minuman yang terkontaminasi,
infeksi ditempat lain misal: pernapasan.
c.
Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga,
misalnya ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.
4. Pemberian Sistem
a.
Aktivitas
Gejala: kelelahan, malaise,
kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas biasanya.
Tanda: kelelahan otot.
Peningkatan kebutuhan tidur,
somnolen.
b.
Sirkulasi
Gejala: palpitasi.
Tanda: takikardi, mur-mur
jantung.
Kulit, membran mukosa pucat.
Defisit saraf kranial dan/atau
tanda perdarahan cerebral.
c.
Eliminasi
Gejala: diare; nyeri tekan
perianal, nyeri.
Darah merah terang pada tisu,
feses hitam.
Darah pada urine, penurunan
haluaran urine.
d.
Integritas
ego
Gejala: perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Tanda: depresi, menarik diri,
ansietas, takut, marah, mudah terangsang.
Perubahan alam perasaan,
kacau.
e.
Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu
makan, anoreksia, muntah.
Perubahan rasa/penyimpangan
rasa.
Penurunan berat badan.
f.
Neurosensori
Gejala: kurang/penurunan
koordinasi.
Perubahan alam perasaan,
kacau, disorientasi, ukuran konsisten.
Pusing, kebas, kesemutan
parastesi.
Tanda: otot mudah terangsang,
aktivitas kejang.
g.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri orbital, sakit
kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sternal, kram otot.
Tanda: perilaku
berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus, pada diri sendiri.
h.
Pernapasan
Gejala: napas pendek dengan kerja
minimal.
Tanda: dispnea, takipnea,
batuk.
Gemericik, ronki.
Penurunan bayi napas.
i.
Keamanan
Gejala: riwayat infeksi saat
ini/dahulu, jatuh..
Gangguan
penglihatan/kerusakan.
Perdarahan spontan tak
terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda: demam, infeksi.
Kemerahan, purpura, perdarahan
retinal, perdarahan gusi, atau epistaksis.
Pembesaran nodus limfe, limpa,
atau hati (sehubungan dengan invasi jaringan)
Papil edema dan eksoftalmus.
j.
Seksualitas
Gejala: perubahan libido.
Perubahan aliran menstruasi, menoragia.
Lipopren.
k.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat terpajan pada
kimiawi, mis; benzene, fenilbutazon, dan kloramfenikol(kadar ionisasi radiasi
berlebihan, pengobatan kemoterapi sebelumnya, khususnya agen pengkilat.
Gangguan kromosom, contoh
sindrom down atau anemia franconi aplastik
2.2.2. Diagnosa
Keperawatan
1.Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses
penyakitnya.
(kompresi/dekstruksi
jaringan saraf, inflamasi),
2.
Gangguan persepsi
sensorik penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori dari organ penerima,
3.
Gangguan rasa aman cemas, berhubungan
dengan perubahan status
kesehatan
4.
Resiko tinggi cedera, sehubungan dengan
keterbatasan lapang pandang
5.
Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya
informasi mengenai penyakit
2.2.3. Intervensi
a. Kaji tingkat
nyeri, penyebab dan hal-hal yang dapat meradakan nyeri
b. Berikan balutan mata untuk mengurangi pergerakan mata dan
mengurangi nyeri yang diakibatkannya.
c. Berikan analgetik dan antibiotik sesuai terapi yang diperintahkan
d. Bantu aktivitas klien selama sakit
e. Jelaskan semua prosedur tindakan yang akan diberikan pada klien
f.Jelaskan tentang retinoblastoma, penyebab, komplikasi dan hal-hal
yang memperburuk kondisi mata
g. Bantu pasien untuk belajar melakukan koping dan menyesuaikan diri
terhadap situasi
h. Dorong pasien untukbersosialisasi dengan sekitarnya
2.2.4. Implementasi
Tindakan yang dilaksanakan
sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan sebelumnya.
2.2.5. Evaluasi
a. Nyeri berkurang ditandai dengan
klien mengurangi aktivitas mata dengan menggunakan balutan mata yang memadai
dan mengistirahatkan mata nya.
b. Klien dapat menjelaskan penyebab
retinoblastoma dan pencegahannya
c. Berpartisipasi dalam aktivitas
diversional dan social
BAB III
TINJAUAN KASUS
No
Register :090025
Ruangan : Melati
Tgl
Masuk : 20 Novenber 2010
Tgl
Pengkajian : 20 November 2010
Diagnosa
Medis : Retino Blastoma
1) Pengkajian
a. Identitas
klien dan Keluarga
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 32 Th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan :
PNS
Alamat : Jl.Hibrida 10 Bengkulu
Penanggung Jawab : Tn. Z
Alamat : Jl.Hibrida 10 Bengkulu
Hubungan dengan Klien : Suami
b. Keluhan
Utama : Nyeri Pada Mata Sebelah Kanan
c. Riwayat
Kesehatan
1) Riwayat
Kesehatan Sekarang
Pasien
Ny. S masuk ke ruangan Melati RSUD M. Yunus Bengkulu
pada tanggal 20 september 2012
pukul 08.00 WIB dengan keluhan klien
nyeri, demam, kurang nafsu makan, gelisah, mata merah terjadi pembesaran pada
mata sebelah kanan. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 september
2012 pukul 09.00 WIB didapatkan nyeri, demam, kurang nafsu makan, gelisah, mata
merah, skala nyeri 8. Nyeri dirasakan pada saat malam hari, pada mata sebelah
kanan dengan TTV, TD: 130/80 mmHg, RR: 25 x/mnt, N: 120 x/mnt, S: 38*c
2) Riwayat
Kesehatan Dahulu
Sebelumnya
pasienpernah masuk ke RS M.
Yunus Bengkulu dengan mengalami Penyakit malaria dan dirawat selama 2 hari dan
klien tidak pernah mengalami penyakit sekarang.
3) Riwayat
Kesehatan Keluarga
Di keluarga pasien
tidak ada yang mengalami penyakit keturunan ataupun penyakit menular lainnya.
4) Riwayat Psikososial
Klien merasa malu dengan penyakit
yang dialaminya, klien tampak murung dan tidak mau berkomunikasi dengan perawat
dan lingkungan sekitar.
- Riwayat Kebiasaan Sehari-hari
No
|
Kebiasaan
|
Dirumah
|
Di Rumah Sakit
|
1
2.
3.
4.
5.
|
Nutrisi
a.Makan
-
Frekuensi
-
Porsi
-
Jenis
-
Masalah
b.Minum
-
Frekuensi
-
Jumlah
-
jenis
minuman
-
Eliminasi
a. BAK
-
kebiasaan
-
warna
-
bau
b.BAB
- Kebiasaan
- Warna
- Konsistensi
- Gangguan
Pola Istirahat Tidur
- Kebiasaan
- memakai selimut
- memakai bantal
- gangguan
Pola Hygiene Tubuh
-
frekuensi
-
pakai
sabun
-
frekuensi
-
pakai
pasta gigi
-
frekuensi
-
pakai
shampoo
-
Pola
Aktivitas
|
3 x sehari
1 porsi
Nasi, sayur dan buah
Tidak ada
6-8 gelas per hari
1000-1200 cc/hari
Air putih, dan teh
4-6 x/hari
Kuning Jernih
Khas
2 x/hari
Kuning
Lembek
Tidak ada
5-6 jam/hari
Ya
Ya
Tidak ada
2x/hari
Ya
Saat mandi
Ya
Saat mandi
Ya
mandiri
|
3x sehari
1 porsi
Nasi, sayur dan buah
Tidak ada
5-6gelas per hari
800-1000 cc/hari
Teh dan Air putih
4-5 x/hari
Kuning jernih
Khas
2 x/hari
Kuning
Lembek
Tidak ada
4-5 jam/hari
Ya
Ya
Tidak bisa tidur dengan nyenyak karena gangguan mata
1-2 x/hari
Ya
Saat mandi
Ya
Saat mandi
Ya
Dibantu
|
- Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang
dilakukan terhadap seluruh system tubuh yang dilakukan dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi yang terdiri dari :
a)
Keadaan Umum :
Lemah
Kesadaran : Compos Metis
TTV
Suhu : 380 C
Nadi : 120 x/m
TD : 130/80 mmHg
RR : 25 x/m
BB : 55 KG
TB : 154cm
b)
Kepala
Inspeksi :Rambut kotor,Tidak
ada ketombe dan luka di kulit kepala, Ujung rambut tidak bercabang dan tidak
kusam, Tidak ada lesi.
Palpasi :Tidak ada
nyeri tekan
c)
Mata
Pemeriksaan
subyektif :Proyeksi sinar kurang baik, Persepsi warna baik.
Pemeriksaan obyektif: kelopak mata normal (pasangan
simetris, gerakan bebas, kulit normal, tepi kelopak tidak ada sekret), bola
mata normal (pasangan sejajar, gerakan normal, ukuran normal), tekanan bola
mata normal, konjungtiva normal, sklera (warna merah), iris (warna coklat, pasangan
simetris,)
d)
Hidung
Inspeksi :Bentuk tulang hidung lurus, Tidak
ada secret, Tidak ada pembesaran chonchanasalis, Tidak ada polip.
Palpasi: Tidak ada
sinus
e)
Mulut
Inspeksi :Mukosa bibir lembab, Warna bibir merah muda, Warna lidah
merah muda
f)
Telinga
Inspeksi :Daun telinga bagian belakang bersih, Tidak ada secret yang
mengeras, Tidak ada keluhan nyeri pada telinga bagian dalam..
g)
Leher
Palpasi :Tidak ada pembesaran kelenjar tonsil, Tidak ada bendungan
vena jugolaris, Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
h)
System respirasi
Inspeksi :Pola nafas normal/Eupnoe, Bentuk rongga dada normal, Tidak
ada retraksi otot-otot bantu pernafasan, Frekuensi pernafasan normal (22x
/menit)
Palpasi :Pergerakan dada kanan dan kiri simetris
System kardiovaskuler: Frekuensi denyut jantung normal 84x /menit, TD
Menurun 110/70 mmhg
System perkemihan: BAK lancer
Inspeksi :Warna urine kuning jernih, Bau urine khas
System pencernaan
Inspeksi :Frekuensi BAB 3x sehari
System persyarafan: Normal
Kulit: Turgor kulit elastic dan permukaan tidak gersang
i)
Genetalia
Inspeksi
:Tidak ada kotoran, Labia Mayora dan Labia Minora bersih, Tidak terdapat jamur,
Warna merah muda, Terdapat keputihan.
Palpasi
:Tidak terdapat nyeri
Pemeriksaan
Penunjang
Fundus
Okuli
X ray
3.2
ANALISA
DATA
Nama
Pasien :
Ny. S No Reg. : 090025
Umur :
32 tahun Ruangan : Melati
No
|
Data Senjang
|
Interpretasi
Data
|
Masalah
|
1.
2.
|
DO:
Klien tampak gelisah
Klien tampak meringis kesakitan
Klien tampak lemah
TTV
Suhu : 380 C
Nadi : 120 x/m
TD : 130/80 mmHg
RR : 25 x/m
DS :
Klien mengatakan nyeri pada matanya
Klien mengatakan peningkatan suhu tubuh
DO:
-Klien tampak meringis kesakitan pada mata sebelah
kanan
- mata klien tampak merah
- Terlihat pembesaran mata klien disebelah kanan
DS :
- Klien mengatakan nyeri pada malam hari
- Klien mengatakan gangguan pada penglihatan
|
Terlihat bercak kuning mengkilat
↓
Neuvaskularisasi dan perdarahan
↓
Lemah, sakit kepala
↓
Nyeri
Masa tumor yang semakin membesar
↓
leukokoria
↓
Refleks pupil berwarna
putih
↓
Pupil agak menonjol
keluar
↓
Gangguan persepsi
sensorik penglihatan
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
Gangguan
persepsi sensorik penglihatan
|
3.3.
DIAGNOSA
Nama
Pasien :
Ny. S No Reg. : 090025
Umur : 32 tahun Ruangan : Melati
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tgl Masalah Muncul
|
Paraf dan Nama Jelas
|
Tgl Masalah Teratasi
|
Paraf dan Nama Jelas
|
1.
2.
|
Gangguan rasa
nyaman nyeri b.d proses penyakit
Gangguan
persepsi sensorik penglihatan b.d gangguan penerimaan sensori dari organ
penerima
|
20-09-12
20-09-12
|
Kel 8
Kel 8
|
\
|
3.4. INTERVENSI
KEPERAWATAN
Nama
Pasien :
Ny. S No Reg. : 090025
Umur : 32 tahun Ruangan : Melati
No Dx
|
Tgl/Jam
|
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Rencana Tindakan
|
Rasional
|
Paraf
|
1
2
|
Minggu, 21 September
2012
08.00 WIB
Minggu 21 September
09.00 WIB
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang.
Kriteria hasil :
-nyeri berkurang
atau terkontrol
-Pasien tidak
meringis lagi
TTV
TD: 110/70 –
120/80mmHg
N: 60-100 x/mnt
RR: 16-24 x/mnt
S: 36-37,5 *c
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1 x 24 jam diharapkan persepsi
penglihatan
dapat teratasi
Kriteria Hasil : mata klien sebelah kanan kembali normal |
- Kaji lebih lanjut karakteristik nyeri, area
dan sklanya
- Berikan
kompres dingin pada mata yang nyeri
- observasi TTV
- Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian analgesic
-Kaji lebih
lanjut persepsi sensorik penglihatan klien
-Kaji tingkat
ansietas / kecemasan
- Beri
penjelasan tentang proses penyakitnya.
|
-dengan
diketahui karakteristik dan skala nyeri mempermudah dan menentukan tindakan
selanjutnya
-agar perdarahan
dapat berhenti
- Mengetahui
batas normal TTV pasien karena berpengaruh pada saat cemas
-Menghilangkan
nyeri, karena memblokir syaraf penghantar nyeri
-mengetahui
seberapa besar tingkat persepsi sensorik
-Mengetahui
seberapa besar kecemasan yang dialami pasien
- Meningkatkan
pemahaman klien tentang proses penyakitnya
|
Kel 2
|
3.5.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama
Pasien :
Ny. S No Reg. : 090025
Umur : 32 tahun Ruangan : Melati
Tgl/Jam
|
No Dx
|
Tindakan Keperawatan
|
Respon Hasil
|
Paraf & Nama Jelas
|
Minggu 20 SEP 2012
10.30
WIB
Senin
21 Sep 2012
09.00
WIB
|
1
2
|
- mengkaji lebih lanjut karakteristik nyeri,
area dan sklanya
- memberikan
kompres dingin pada mata yang nyeri
- mengobservasi
TTV
- berkolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian analgesic
-mengkaji lebih
lanjut persepsi sensorik penglihatan klien
-mengkaji
tingkat ansietas / kecemasan
- memberikan
penjelasan tentang proses penyakitnya.
|
dengan diketahui
karakteristik dan skala nyeri mempermudah dan menentukan tindakan selanjutnya
-agar perdarahan
dapat berhenti
- Mengetahui
batas normal TTV pasien karena berpengaruh pada saat cemas
-Menghilangkan
nyeri, karena memblokir syaraf penghantar nyeri
-mengetahui
seberapa besar tingkat persepsi sensorik
-Mengetahui seberapa
besar kecemasan yang dialami pasien
- Meningkatkan
pemahaman klien tentang proses penyakitnya
|
Kelompok 8
Kelomp0k 2
|
3.6. EVALUASI KEPERAWAATAN
Nama
Pasien :
Ny. S No Reg. : 090025
Umur : 32 tahun Ruangan : Melati
Tgl
|
No. Dx
|
Catatan
Perkembangan
|
Paraf
|
22 Sep 2012
|
1
|
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : Pasien tidak merasa nyeri pada mata
sebelah kanan
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
|
Kel 2
|
23 SeP 2012
|
2
|
S : Pasien mengatakan tidak ada lagi gangguan
penglihatan
O : Pasien lebih baik dan merasa nyaman
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
|
Kel 2
|
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler
ditemukan pada anak – anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Gejala
retinoblastoma dapan menyerupai dengan penyakit mata lainnya. Dalam proses
pengkajiannya dilakukan secara anamnesis dengan menanyai langsung si pasien
atau pun keluaraga meliputi data, riwayat dulu dan sekarang serta keluhan
pasien. Pengkajian dengan pemeriksaan fisik umum dan khusus untuk mata serta
pemeriksaan penunjangnya. Berdasarkan dari hasil pengkajian tersebut kita dapat
menyimpulkan diagnosa keperawatannya mulai dari gangguan rasa nyaman nyeri,
gangguan persepsi sensorik penglihatan, gangguan rasa aman cemas, resiko tinggi
cedera, kurangnya pengetahuan keluarga. Setelah itu perawat dapat memberikan
rencana asuhan keperawatan pada pasien. Kemudian perawat harus mengevaluasi
dari hasil intervensi dan implementasinya.
4.2. Saran
Pada orangtua yang mengalami retinoblastoma hendaknya
melakukan pemeriksaan mata terhadap anaknya, karena retinoblastoma dapat
diturunkan ke anak mereka. Sebaiknya orangtua mengetahui tanda dan gejala
adanya retinoblastoma secara dini, ini bertujuan umtuk menghindari prognosis
yang sangat buruk. Retinoblastoma ini dapat ditemukan pada usia 3th bahkan
dapat juga ditemukan pad usia 10bln, maka dari itu orangtua seharusnya lebih
aktif sehingga orangtua tidak menyadarinya setelah di stadium lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Istiqomah, Indriana, N., 2005, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata,
editor, Monica Ester. EGC, Jakarta.
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi
17, EGC, Jakarta.
Ilias S, Kedaruratan dalam ilmu penyakit mata, Jakarta, Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985.
Prof.dr.Sidarta Ilyas SpM dkk,
2002, sagung seto. Ilmu penyakit mata
untuk dokter umum dan mahasiswa kedoteran edisi 2,
Suddarth & Brunner,
Keperawatan Medikal Bedah, 2002. EGC: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar