Jumat, 31 Oktober 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RETINOBLASTOMA




ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
RETINOBLASTOMA 




LOGO





Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I



Di Susun Oleh  :
DANIZ FIKHRI       NIM 2011084





POLTEKKES PROVINSI BENGKULU
JURUSAN KEPERAWAAN
2011/2012






KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah 1 dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan penyakit Retino Blastoma”
           
Penulis  juga sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak akan sangat membantu demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Penulis juga sangat berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai suatu acuan untuk pembuatan makalah berikutnya yang lebih baik.


Bengkulu, 12 November 2012


Kelompok








DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.     Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2.     Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
                    1.2.1. Tujuan Umum........................................................................................ 2
        1.2.2. Tujuan Khusus....................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan.............................................................................................. 2
1.4 Metoda Penulisan............................................................................................... 2
BABII TUJUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori.......................................................................................... 3
2.1.1. Pengertian Retino Blastoma.................................................................. 3
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi........................................................................... 3
2.1.3. Etiologi.................................................................................................. 7
2.1.4. Patofisiologi........................................................................................... 7
2.1.5. Klasifikasi.............................................................................................. 8
2.1.6. Manifestasi Klinis.................................................................................. 9
2.1.7. Pencegahan............................................................................................ 9
2.1.8. Penatalaksanaan..................................................................................... 10
2.1.9. Pemeriksaan penunjang.......................................................................... 10
2.1.10. Komplikasi........................................................................................... 11
            2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan................................................................ 12
                   2.2.1. Pengkajian.............................................................................................. 12
                   2.2.2. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 15
                   2.2.3. Intervensi................................................................................................ 16
                   2.2.4. Implementasi.......................................................................................... 16
                   2.2.5. Evaluasi.................................................................................................. 16






BAB III. KASUS 
3.1. Pengkajian..................................................................................................... 17
3.2. Analisa Data................................................................................................. 22
3.3. Diagnosa Keperawatan................................................................................. 22
3.4. Intervensi...................................................................................................... 24
3.5 Implementasi.................................................................................................. 24
3.6 Evaluasi.......................................................................................................... 27

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ................................................................................................... 28
4.2. Saran.............................................................................................................. 28

Daftar Pustaka





BAB   I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat menakutkan, dari orang dewasa sampai anak-anak tidak luput dari cengkeramannya. Dan ternyata Kanker Retina Mata merupakan penyakit kanker yang menempati urutan nomor dua terbanyak selain kanker darah atau leukemia. Penyakit kanker retina ini ditandai dengan bercak putih. Dan ternyata kanker retina ini menyerang anak-anak yang berumur 0-5 tahun. Dan juga berdasarkan data badan kesehatan dunia penderita kanker ini terus meningkat dan mencapai 2-4% diseluruh dunia. Di Indonesia 9.000 penderitanya kanker retina, ini disebut juga retino blastoma termasuk penderita yang jumlahnya tertinggi Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi virus.
Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-tanda berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit retinoblastastoma
Retinoblastoma adalah kanker yang terjadi pada retina mata. Retina adalah lapisan mata yang sensitif terhadap cahaya (yang memungkinkan mata untuk melihat). Retinoblastoma biasanya terjadi pada anak sewaktu masih berada dalam kandungan sampai berusia 5 tahun, tapi paling sering menyerang anak berusia dibawah 2 tahun. Retinoblastoma dapat disembuhkan bila terdeteksi dini. Retinoblastoma yang terjadi pada satu mata disebut sebagai unilateral dan yang terjadi pada dua mata disebut sebagai bilateral.  90% dari pasien penderita retinoblastoma tidak memiliki sejarah penderita retinoblastoma dalam keluarga. Sedang 10% lainnya memiliki sejarah penderita retinoblastoma dalam keluarga. Retinoblastoma biasanya terjadi pada anak sewaktu masih berada dalam
kandungan sampai berusia 5 tahun, tapi paling sering menyerang anak berusia 2 tahun.


1.2  Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Retinoblastoma
1.2.2.  Tujuan Khusus:
a.Mahasiswa Mampu menjelaskan konsep teori Retino Blastoma
b.      Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit Retino Blastoma
c.       Mahasiswa Mampu merumuskan diagnose keperawatan.
d.      Mahasiswa Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada pasien Retino Blastoma
e.       Mahasiswa Mampu menerapkan rencana yang akan di susun.
f.       MahasiswaMampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan


1.3 Metoda Penulisan
Dalam penyususnan makalah ini menggunakan metode study pustaka,dengan cara mengambil referensi dari beberapa sumber yang ada hubungannya dengan Retino Blastoma.





BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1.Konsep Teori Penyakit
2.1.1. Pengertian
Retinoblastoma adalah tumor masa anak-anak yang jarang tetapi dapat patal. (Daniel G. Vaughan, Taylor Asbury dan Paul Riordan-Eva)

Retinoblastoma adalah tumor ganas elemen-elemen embrional retina. Gangguan ini merupakan tumor ganas utama intra okuleryang terjadi pada anak-anak terutama pada umur dibawah 5 tahun dan sebagian besar didiagnosis antara usia 6 bulan dan 2 tahun. ( Ns. Indriana N. Istiqomah, S.Kep)

Retinoblastoma adalah kanker salah satu atau kedua mata yang berasal di jala, terang sensitif lapisan mata yang memungkinkan mata untuk melihat dan terjadi pada anak-anak muda. (Abramson DH, 1985)

Retinoblastoma adalah tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah 5 tahun. (Wijaya N, 1993)


2.1.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI


ANATOMI FISIOLOGI MATA
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke retina. Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impuls–impuls syaraf ini dan menjalarkannya ke otak.
Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air, melewati kornea dan masuk ke dalam aqueous humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi di kornea dimana terdapat pembentukan bayangan yang tepat. Aqueous humor tersebut merupakan massa yang jernih yang menghubungkan kornea dengan lensa mata, membantu untuk mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting untuk konvergensi cahaya di lensa) dan menyediakan nutrisi untuk endothelium kornea. Iris yang berada antara lensa dan aqueous humor, merupakan cincin berwarna dari serabut otot. Cahaya pertama kali harus melewati pusat dari iris yaitu pupil. Ukuran pupil itu secara aktif dikendalikan oleh otot radial dan sirkular untuk mempertahankan level yang tetap secara relatif dari cahaya yang masuk ke mata. Terlalu banyaknya cahaya yang masuk dapat merusak retina.
Namun bila terlalu sedikit dapat menyebabkan kesulitan dalam melihat. Lensa yang berada di belakang iris berbentuk lempeng konveks yang memfokuskan cahaya melewati humour kedua untuk menuju ke retina.
Untuk dapat melihat dengan jelas objek yang jauh, susunan otot siliare yang teratur secara sirkular akan akan mendorong lensa dan membuatnya lebih pipih. Tanpa otot tersebut, lensa akan tetap menjadi lebih tebal, dan berbentuk lebih konveks. Manusia secara perlahan akan kehilangan fleksibilitas karena usia, yang dapat mengakibatkan kesulitan untuk memfokuskan objek yang dekat yang disebut juga presbiopi. Ada beberapa gangguan refraksi lainnya yang mempengaruhi bantuk kornea dan lensa atau bola mata, yaitu miopi, hipermetropi dan astigmatisma.Selain lensa, terdapat humor kedua yaitu vitreous humor yang semua bagiannya dikelilingi oleh lensa, badan siliar, ligamentum suspensorium dan retina. Dia membiarkan cahaya lewat tanpa refraksi dan membantu mempertahankan bentuk mata.
Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah darinya oleh selubung fascia bola mata.

Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :
1.      Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian anterior yang transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak putih. Daerah ini relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam bola mata oleh perbesaran cavum subarachnoidea yang mengelilingi nervus opticus. Jika tekanan intraokular meningkat, lamina fibrosa akan menonjol ke luar yang menyebabkan discus menjadi cekung bila dilihat melalui oftalmoskop.
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas limbus. Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya yang masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam sama dengan: (1) epitel kornea (epithelium anterius) yang bersambung dengan epitel konjungtiva. (2) substansia propria,

terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina limitans posterior dan (4) endothel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan aqueous humour.
2.      Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas lapis luar berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke belakang bersambung dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri atas corona ciliaris, procesus ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris (adalah diafragma berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi ruang diantara lensa dan kornea menjadi camera anterior dan posterior, serat-serat otot iris bersifat involunter dan terdiri atas serat-serat sirkuler dan radier.
3.      Tunica sensoria (retina)
Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya. Permukaan luarnya melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak dengan corpus vitreum. Tiga perempat posterior retina merupakan organ reseptornya. Ujung anterior membentuk cincin berombak, yaitu ora serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan epitel silindris di bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus ciliaris dan bagian belakang iris.
Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, macula lutea, merupakan daerah retina untuk penglihatan paling jelas. Bagian tengahnya berlekuk disebut fovea sentralis.
Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm medial dari macula lutea melalui discus nervus optici. Discus nervus optici agak berlekuk di pusatnya yaitu tempat dimana ditembus oleh a. centralis retinae. Pada discus ini sama sekali tidak ditemui coni dan bacili, sehingga tidak peka terhadap cahaya dan disebut sebagai bintik buta. Pada pengamatan dengan oftalmoskop, bintik buta ini tampak berwarna merah muda pucat, jauh lebih pucat dari retina di sekitarnya.


2.1.3. ETIOLOGI
Retinoblastoma  terjadi  karena  kehilangan  kedua  kromosom  dari  satu  alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau diturunkan.
Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki saudara yang juga menderita retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari orang tua. Kanker bisa menyerang salah satu maupun kedua mata. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).

2.1.4. PATOFISIOLOGI
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera , terutama hati.


WOC
Gangguan kromosom
Kehilangan kedua kromosom
Herediter
Mutasi (virus, zat kimia, sinar UV)
Peningkatan laju mutasi
Mengenal sel somatik
Retinoblastoma

Terlihat bercak kuning mengkilat
Nelivasku larisasi dan perdarahan
Warna iris tidak normal
Mengakibatkan kebutaan
Strabismus
(mata juling)
Penurunan penglihatan
Mata tidak searah memandang pada titik yang berbeda
Penglihatan ganda
Gangguan konsep diri
Masa tumor yang semakin membesar
Leukokaria
Kerusakan impuls syaraf
Refleks pupil warna putih
Terjadi disfungsi otak
Pupil agak menonjol keluar
Gangguan persepsi sensorik penglihatan
Ansietas
Anemia
Transport O2 menurun
Hb darah menurun
Sesak nafas
Lemah, sakit kepala
Intoleransi aktifitas
Nyeri
Pola nafas tidak efektif
 

2.1.5.Klasifikasi Retinoblastoma Menurut  ( Ns. Indriana N. Istiqomah, S.Kep)
1.      Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.
Terdapat pada atau dibelakang ekuator
Prognosis sangat baik
2.      Golongan II
Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil
Prognosis baik
3.      Golongan III
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
Prognosis meragukan
4.      Golongan IV
Tumor multiple sampai ora serata
Prognisis tidak baik
5.      Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca
Prognosis buruk

Terdapat tiga stadium dalam retinoblastoma :
a.    Stadium tenang
     Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic cats eye”.
b.    Stadium glaukoma
     Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular meninggi.
c.    Stadium ekstraokuler
     Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya


2.1.6. MANIFESTASI KLINIS
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata.
a. Strabismus karena penurunan penglihatan dan apabila letak tumor di makula.
b. Kadang mata merah yang nyeri
c. Massa tumor yang makin membesar akan memperlihatkan leukokoria
Tanda Funduskopi dengan pupil yang dilebarkan memperlihatkan massa merah muda keputihan yang menonjol keluar dari retina ke dalam ruang vitreous. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glukoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak melalui sklera ke jarinngan orbita dan sinus pranasal, metastasis jauh kes sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kedalam badan kaca. Dipermukaan terdapt neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal.


2.1.7. PENCEGAHAN
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit retino blastoma dapat dilakukan dengan cara terapi
Beberapa cara terapi adalah :
1. Enukleasi mengangkat boila mata dan dioganti dengan bola mata prothese (buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga terapi ini sangat efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada ukuran Kanker yang kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker ukuran kecil terapi ini berhasil baik.
5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan ukuran kanker.

 Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :
1. Ukuran kanker
2. Lokasi kanker
3. Apakah sudah menjalar atauy belum
4. Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
5. Adanya komplikasi
6. Riwayat keluarga
7. Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas
Pembedahan
Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler ialah dengan mengangkat seluruh bola mata dan meotong saraf optik sepanjang mungkin.
Ekssentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke jaringan orbita ialah dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periostnya
Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa – sisa sel tumor
Prognosis

a.    Bila masih terbatas diretina kemungkinan hidup 95 %
  1. Bila metastase ke orbita kemungkinan hidup 5 %
  2. Bila metastase ke tubuh kemungkinan hidup 0 %

2.1.8.PENATALAKSANAAN
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakkukan terutama untuk klien dengan metastasis keluar, misalnnya dengan gejala proptosis bola mata.
Jika satu mata yang terserang, pengobatan tergantung pada klasifikasi tumor :
a.       Golongan I atau II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherafy, fotokoagulasi laser). Kadang-kadang digabung dengan kemoterapi..
b.      Jika tumor besar (golongan IV atau V), mata harus dienukleasi segera. Mata yang tidak terkena dilakukan radiasi sinar-X dan kemoterapi.


Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol, dilakukan enukleasi. Jika tumor telah keluar bulbus okuli tetapi masih terbatas di rongga orbita, dilakukan kombinasi eksenterasi, radioteraapi dan kemoterafi. Klien harus dievaluasi seumur hidup katena 20-90 % klien ratinnoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer terutamaasteosarkoma.


2.1.9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis pasti retinoblastoma intaokuler dapat ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomi. Karena tindakkan biopsi merupakan kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis digunakan bebrapa pemeriksaan sebagai sarana penunjang:
  1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina disertai pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor tersebut dan berbatas kabur
  2. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan kalsifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen : Optikum melebar.
  3. USG : Adanya massa intraokuler
  4. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila ratsio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma intaokuler (Normal ratsio Kurang dari 1)
  5. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

2.1.10. KOMPLIKASI
Komplikasi pada retinoblastoma adalah lepasnya Retina (ablasio retina), peninggian tekanan bola mata (glucoma)
Komplikasi lain berupa terhambatnya pematusan aqous humor sehingga timbul glaukoma sekunder.
Metastase melalui beberapa jalan antara lain :
a.    Lamina kribosa, saraf optik kemudian mengadakan infiltrasi ke arah vaginal sheat subarachnoid untuk menuju ke intracranial
b.    Jaringan choroid, dengan melalui pembuluh darah tumor menyebar ke seluruh tubuh.
c.    Pembuluh emisari, tumor menyebabr ke bagian posterior orbita



2.2  KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
1.      Biodata
a.       Identitas klien meliputi nama, umur : sering terjadi padaa aanak-anakdi bawah 2 tahun, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis.
b.      Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan, pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
c.       Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan dengan klien, dan status kesehatan.
2.      Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan saat ini juga, alasan kenapa masuk rumah sakit
3.      Riwayat kesehatan
a.    Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada mata tepatnya pada retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.
b.    Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan Kemungkinan memakan makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi ditempat lain misal: pernapasan.
c.    Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga, misalnya ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.
4.      Pemberian Sistem
a.         Aktivitas
Gejala: kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas biasanya.
Tanda: kelelahan otot.
Peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.
b.         Sirkulasi
Gejala: palpitasi.
Tanda: takikardi, mur-mur jantung.
Kulit, membran mukosa pucat.
Defisit saraf kranial dan/atau tanda perdarahan cerebral.
c.         Eliminasi
Gejala: diare; nyeri tekan perianal, nyeri.
Darah merah terang pada tisu, feses hitam.
Darah pada urine, penurunan haluaran urine.
d.        Integritas ego
Gejala: perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Tanda: depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang.
Perubahan alam perasaan, kacau.
e.         Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah.
Perubahan rasa/penyimpangan rasa.
Penurunan berat badan.
f.          Neurosensori
Gejala: kurang/penurunan koordinasi.
Perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi, ukuran konsisten.
Pusing, kebas, kesemutan parastesi.
Tanda: otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
g.         Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sternal, kram otot.
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus, pada diri sendiri.
h.         Pernapasan
Gejala: napas pendek dengan kerja minimal.
Tanda: dispnea, takipnea, batuk.
Gemericik, ronki.
Penurunan bayi napas.
i.           Keamanan
Gejala: riwayat infeksi saat ini/dahulu, jatuh..
Gangguan penglihatan/kerusakan.
Perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda: demam, infeksi.
Kemerahan, purpura, perdarahan retinal, perdarahan gusi, atau epistaksis.
Pembesaran nodus limfe, limpa, atau hati (sehubungan dengan invasi jaringan)
Papil edema dan eksoftalmus.
j.           Seksualitas
Gejala: perubahan libido.
Perubahan aliran menstruasi, menoragia.
Lipopren.
k.         Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat terpajan pada kimiawi, mis; benzene, fenilbutazon, dan kloramfenikol(kadar ionisasi radiasi berlebihan, pengobatan kemoterapi sebelumnya, khususnya agen pengkilat.
Gangguan kromosom, contoh sindrom down atau anemia franconi aplastik


2.2.2. Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses penyakitnya.
(kompresi/dekstruksi jaringan saraf, inflamasi),
2.   Gangguan    persepsi     sensorik     penglihatan     berhubungan    dengan    gangguan penerimaan sensori dari organ penerima,
3.   Gangguan rasa aman cemas, berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4.   Resiko  tinggi  cedera,  sehubungan  dengan  keterbatasan  lapang  pandang  
5.   Kurangnya  pengetahuan  keluarga  berhubungan  dengan  kurangnya  informasi mengenai penyakit



2.2.3. Intervensi
a. Kaji tingkat nyeri, penyebab dan hal-hal yang dapat meradakan nyeri
b. Berikan balutan mata untuk mengurangi pergerakan mata dan mengurangi nyeri yang diakibatkannya.
c. Berikan analgetik dan antibiotik sesuai terapi yang diperintahkan
d. Bantu aktivitas klien selama sakit
e. Jelaskan semua prosedur tindakan yang akan diberikan pada klien
f.Jelaskan tentang retinoblastoma, penyebab, komplikasi dan hal-hal yang memperburuk kondisi mata
g. Bantu pasien untuk belajar melakukan koping dan menyesuaikan diri terhadap situasi
h. Dorong pasien untukbersosialisasi dengan sekitarnya


2.2.4. Implementasi
            Tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan sebelumnya.


2.2.5. Evaluasi
a. Nyeri berkurang ditandai dengan klien mengurangi aktivitas mata dengan menggunakan balutan mata yang memadai dan mengistirahatkan mata nya.
b. Klien dapat menjelaskan penyebab retinoblastoma dan pencegahannya
c. Berpartisipasi dalam aktivitas diversional dan social






BAB III
TINJAUAN KASUS

No Register                 :090025
Ruangan                      : Melati
Tgl Masuk                   : 20 Novenber 2010
Tgl Pengkajian            : 20 November 2010
Diagnosa Medis          : Retino Blastoma      

1)      Pengkajian
a.       Identitas klien dan Keluarga
Nama Pasien                     : Ny. S
Umur                                 : 32 Th
Jenis Kelamin                    : Perempuan
Pekerjaan                           : PNS
Alamat                              : Jl.Hibrida 10 Bengkulu
Penanggung Jawab           : Tn. Z
                 Alamat                                : Jl.Hibrida 10 Bengkulu
                 Hubungan dengan Klien    : Suami

b.      Keluhan Utama :  Nyeri Pada Mata Sebelah Kanan
c.       Riwayat Kesehatan
1)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien Ny. S masuk ke ruangan Melati RSUD M. Yunus Bengkulu pada tanggal 20 september 2012  pukul 08.00 WIB dengan keluhan klien nyeri, demam, kurang nafsu makan, gelisah, mata merah terjadi pembesaran pada mata sebelah kanan. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 september 2012 pukul 09.00 WIB didapatkan nyeri, demam, kurang nafsu makan, gelisah, mata merah, skala nyeri 8. Nyeri dirasakan pada saat malam hari, pada mata sebelah kanan dengan TTV, TD: 130/80 mmHg, RR: 25 x/mnt, N: 120 x/mnt, S: 38*c

2)      Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya pasienpernah masuk ke RS M. Yunus Bengkulu dengan mengalami Penyakit malaria dan dirawat selama 2 hari dan klien tidak pernah mengalami penyakit sekarang.
3)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit keturunan ataupun penyakit menular lainnya.
4)      Riwayat Psikososial
Klien merasa malu dengan penyakit yang dialaminya, klien tampak murung dan tidak mau berkomunikasi dengan perawat dan lingkungan sekitar.

  1. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari
No
Kebiasaan
Dirumah
Di Rumah Sakit
1












2.






3.





 4.






5.
Nutrisi
a.Makan
-          Frekuensi
-          Porsi
-          Jenis

-          Masalah   

b.Minum
-          Frekuensi
-          Jumlah
-          jenis minuman
-           
Eliminasi
a. BAK                                          
-          kebiasaan
-          warna
-          bau


b.BAB
      -     Kebiasaan
      -     Warna
      -     Konsistensi
      -     Gangguan

Pola Istirahat Tidur            
      -      Kebiasaan
      -      memakai selimut
      -      memakai bantal
      -      gangguan


Pola Hygiene Tubuh
  1. Mandi
-          frekuensi
-          pakai sabun
  1. Gosok gigi
-          frekuensi
-          pakai pasta gigi
  1. Cuci rambut
-          frekuensi
-          pakai shampoo
-          Pola Aktivitas


3 x sehari
1 porsi
Nasi, sayur dan buah
Tidak ada


6-8 gelas per hari
1000-1200 cc/hari
Air putih, dan teh



4-6 x/hari
Kuning Jernih
Khas



2 x/hari
Kuning
Lembek
Tidak ada


5-6 jam/hari
Ya
Ya
Tidak ada




2x/hari
Ya

Saat mandi
Ya

Saat mandi
Ya
mandiri



3x sehari
 1 porsi
Nasi, sayur dan buah

Tidak ada


5-6gelas per hari
800-1000 cc/hari
Teh dan Air putih



4-5 x/hari
Kuning jernih
Khas



2 x/hari
Kuning
Lembek
Tidak ada


4-5 jam/hari
Ya
Ya
Tidak bisa tidur dengan nyenyak karena gangguan mata


1-2 x/hari
Ya

Saat mandi
Ya

Saat mandi
Ya
Dibantu




  1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap seluruh system tubuh yang dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang terdiri dari :
a)      Keadaan Umum    : Lemah
Kesadaran             : Compos Metis
TTV
Suhu          : 380 C
Nadi          : 120 x/m
TD             : 130/80 mmHg
RR             : 25 x/m
BB             : 55 KG
TB             : 154cm
b)      Kepala
Inspeksi :Rambut kotor,Tidak ada ketombe dan luka di kulit kepala, Ujung rambut tidak bercabang dan tidak kusam, Tidak ada lesi.
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
c)      Mata
Pemeriksaan subyektif :Proyeksi sinar kurang baik, Persepsi warna baik.
Pemeriksaan obyektif: kelopak mata normal (pasangan simetris, gerakan bebas, kulit normal, tepi kelopak tidak ada sekret), bola mata normal (pasangan sejajar, gerakan normal, ukuran normal), tekanan bola mata normal, konjungtiva normal, sklera (warna merah), iris (warna coklat, pasangan simetris,)
d)        Hidung
      Inspeksi :Bentuk tulang hidung lurus, Tidak ada secret, Tidak ada pembesaran chonchanasalis, Tidak ada polip.
Palpasi: Tidak ada sinus
e)   Mulut
Inspeksi :Mukosa bibir lembab, Warna bibir merah muda, Warna lidah merah muda
f)       Telinga
Inspeksi :Daun telinga bagian belakang bersih, Tidak ada secret yang mengeras, Tidak ada keluhan nyeri pada telinga bagian dalam..
g)      Leher
Palpasi :Tidak ada pembesaran kelenjar tonsil, Tidak ada bendungan vena jugolaris, Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
h)      System respirasi
Inspeksi :Pola nafas normal/Eupnoe, Bentuk rongga dada normal, Tidak ada retraksi otot-otot bantu pernafasan, Frekuensi pernafasan normal (22x /menit)
Palpasi :Pergerakan dada kanan dan kiri simetris
System kardiovaskuler: Frekuensi denyut jantung normal 84x /menit, TD Menurun 110/70 mmhg
System perkemihan: BAK lancer
Inspeksi :Warna urine kuning jernih, Bau urine khas
System pencernaan
Inspeksi :Frekuensi BAB 3x sehari
System persyarafan: Normal
Kulit: Turgor kulit elastic dan permukaan tidak gersang
i)        Genetalia
      Inspeksi :Tidak ada kotoran, Labia Mayora dan Labia Minora bersih, Tidak terdapat jamur, Warna merah muda, Terdapat keputihan.
      Palpasi :Tidak terdapat nyeri

Pemeriksaan Penunjang
Fundus Okuli
X ray




3.2    ANALISA DATA

Nama Pasien               : Ny. S                         No Reg.                       : 090025
Umur                           : 32  tahun                   Ruangan                      : Melati

No
Data Senjang
Interpretasi Data
Masalah
1.
















2.








DO: 
Klien tampak gelisah
Klien tampak meringis kesakitan
Klien tampak lemah
TTV
Suhu    : 380 C
Nadi    : 120 x/m
TD       : 130/80 mmHg
RR       : 25 x/m

DS :
Klien mengatakan nyeri pada matanya
Klien mengatakan peningkatan suhu tubuh

DO: 
-Klien tampak meringis kesakitan pada mata sebelah kanan
- mata klien tampak merah
- Terlihat pembesaran mata klien disebelah kanan
DS :
- Klien mengatakan nyeri pada malam hari
- Klien mengatakan gangguan pada penglihatan

Terlihat bercak kuning mengkilat
Neuvaskularisasi dan perdarahan
Lemah, sakit kepala
Nyeri









Masa tumor yang semakin membesar
leukokoria
Refleks pupil berwarna putih
Pupil agak menonjol keluar
Gangguan persepsi sensorik penglihatan


Gangguan rasa nyaman nyeri














Gangguan persepsi sensorik penglihatan













3.3. DIAGNOSA
Nama Pasien               : Ny. S                         No Reg.                       : 090025
Umur                           : 32  tahun                   Ruangan                      : Melati

No
Diagnosa Keperawatan
Tgl Masalah Muncul
Paraf dan Nama Jelas
Tgl Masalah Teratasi
Paraf dan Nama Jelas

1.



2.



Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses penyakit

Gangguan persepsi sensorik penglihatan b.d gangguan penerimaan sensori dari organ penerima

20-09-12



20-09-12

Kel 8



Kel 8



\






3.4. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien               : Ny. S                         No Reg.                       : 090025
Umur                           : 32  tahun                   Ruangan                      : Melati

No Dx
Tgl/Jam
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
Paraf

1


























2

Minggu, 21 September
 2012
08.00 WIB




















Minggu 21 September
09.00 WIB

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang.
 Kriteria hasil :
-nyeri berkurang atau terkontrol
-Pasien tidak meringis lagi
TTV
TD: 110/70 – 120/80mmHg
N: 60-100 x/mnt
RR: 16-24 x/mnt
S: 36-37,5 *c














Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan persepsi
penglihatan dapat teratasi

Kriteria Hasil :
mata klien sebelah kanan kembali normal

-  Kaji lebih lanjut karakteristik nyeri, area dan sklanya




- Berikan kompres dingin  pada mata yang nyeri

- observasi TTV





- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic







-Kaji lebih lanjut persepsi sensorik penglihatan klien


-Kaji tingkat ansietas / kecemasan



- Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.




-dengan diketahui karakteristik dan skala nyeri mempermudah dan menentukan tindakan selanjutnya
-agar perdarahan dapat berhenti


- Mengetahui batas normal TTV pasien karena berpengaruh pada saat cemas

-Menghilangkan nyeri, karena memblokir syaraf penghantar nyeri






-mengetahui seberapa besar tingkat persepsi sensorik

-Mengetahui seberapa besar kecemasan yang dialami pasien

- Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya


Kel 2































3.5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien               : Ny. S                         No Reg.                       : 090025
Umur                           : 32  tahun                   Ruangan                      : Melati

Tgl/Jam
No Dx
Tindakan Keperawatan
Respon Hasil
Paraf & Nama Jelas
Minggu 20 SEP 2012
10.30
WIB















Senin
21 Sep 2012
09.00
WIB

1



















2



-  mengkaji lebih lanjut karakteristik nyeri, area dan sklanya




- memberikan kompres dingin  pada mata yang nyeri
- mengobservasi TTV




- berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic


-mengkaji lebih lanjut persepsi sensorik penglihatan klien



-mengkaji tingkat ansietas / kecemasan



- memberikan penjelasan tentang proses penyakitnya.


dengan diketahui karakteristik dan skala nyeri mempermudah dan menentukan tindakan selanjutnya
-agar perdarahan dapat berhenti

- Mengetahui batas normal TTV pasien karena berpengaruh pada saat cemas
-Menghilangkan nyeri, karena memblokir syaraf penghantar nyeri

-mengetahui seberapa besar tingkat persepsi sensorik

-Mengetahui seberapa besar kecemasan yang dialami pasien

- Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya
Kelompok 8



















Kelomp0k 2


3.6. EVALUASI KEPERAWAATAN

Nama Pasien               : Ny. S                         No Reg.                       : 090025
Umur                           : 32  tahun                   Ruangan                      : Melati

Tgl
No. Dx
Catatan Perkembangan
Paraf

22 Sep 2012

1

S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : Pasien tidak merasa nyeri pada mata sebelah kanan
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi


Kel 2

23 SeP 2012

2

S : Pasien mengatakan tidak ada lagi gangguan penglihatan
O : Pasien lebih baik dan merasa nyaman
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi


Kel 2






BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler ditemukan pada anak – anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Gejala retinoblastoma dapan menyerupai dengan penyakit mata lainnya. Dalam proses pengkajiannya dilakukan secara anamnesis dengan menanyai langsung si pasien atau pun keluaraga meliputi data, riwayat dulu dan sekarang serta keluhan pasien. Pengkajian dengan pemeriksaan fisik umum dan khusus untuk mata serta pemeriksaan penunjangnya. Berdasarkan dari hasil pengkajian tersebut kita dapat menyimpulkan diagnosa keperawatannya mulai dari gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan persepsi sensorik penglihatan, gangguan rasa aman cemas, resiko tinggi cedera, kurangnya pengetahuan keluarga. Setelah itu perawat dapat memberikan rencana asuhan keperawatan pada pasien. Kemudian perawat harus mengevaluasi dari hasil intervensi dan implementasinya.

4.2.   Saran
Pada orangtua yang mengalami retinoblastoma hendaknya melakukan pemeriksaan mata terhadap anaknya, karena retinoblastoma dapat diturunkan ke anak mereka. Sebaiknya orangtua mengetahui tanda dan gejala adanya retinoblastoma secara dini, ini bertujuan umtuk menghindari prognosis yang sangat buruk. Retinoblastoma ini dapat ditemukan pada usia 3th bahkan dapat juga ditemukan pad usia 10bln, maka dari itu orangtua seharusnya lebih aktif sehingga orangtua tidak menyadarinya setelah di stadium lanjut.





DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah, Indriana, N., 2005, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, editor, Monica Ester.  EGC, Jakarta.

Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.

Ilias S, Kedaruratan dalam ilmu penyakit mata, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985.

Prof.dr.Sidarta Ilyas SpM dkk, 2002, sagung seto. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedoteran edisi 2,

Suddarth & Brunner, Keperawatan Medikal Bedah, 2002. EGC: Jakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar